1. BILA AMANAH DI REMEHKAN
manusia tercipta sebagai makhluk sosial, artinya adalah tidak bisa lepas dari bantuan orang lain.
dalam berhubungan dalam aspek apapun,sangat perlu yang namanya kepercayaan. kita sebagai seorang muslimin marilah mencontoh junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW,salah satu gelar beliau adalah Al-Amiin(yang di percaya). bila kita jujur,menjaga apa yang telah dipercayakan orang lain kepada kita, pastilan akan membawa keberkahan kepada kita sendiri, dan sebaliknya apabila kita mengingkari kepercayaan kepada orang lain pastilah akan membawa keburukan pada kita dan tentu bagi orang lain juga.
2. SIFAT ISTIKOMAH KIAI
Keistikomahan lebih utama dari pada seribu karomah. dengan beristikomah dalam hal apapun,kita pasti akan pasti mendapatkan apa yang kita cari. NABI Muhammad SAW, dengan sabar dan istiqomah menyebarkan agama islam. meskipun mendapatkan hinaan dan siksaan beliau tetap menyebarkan agama islam. hasilnya sekarang dapat kita lihat sebagian besar manusia yang ada di dunia memeluk agama Islam. dapat kita ambil hikmahnya, apapun yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan istikomah pastilah akan membawa hasil bahkan lebih dari kita bayangkan, seperti dalam cerita dalam artikel Bapak Solikhul hadi, keistikomahan seorang kiai membawa barokah pada murid-muridnya.
3. RIZKI HARUS DICARI
Barang siapa yang ingin bahagia di dunia kuncinya adalah "ILMU", barabg siapa yang ingin bahagia di akhirat kuncinya adalah "ILMU", dan barang siapa yang ingin bahagia keduanya kuncinya adalah "ILMU". dengan kita mempuyai ilmu tanpa kita sadari harta atau pun pangkat pasti akan kita dapatkan. menanggapi ikon apa yang sudah kita punyai, semua butuh proses dan usaha. mungkin sekarang belum tahu, karena kita masih dalm proses mendapatkan ikon tersebut. yang penting kita terus mencoba dan berusaha tidak lupa dan jangan dilupakan adalah "BERDOA"
4. BERATNYA MENJAGA PERSATUAN
Kita sebagai warga Negara Indonesia kembali pada semboyan kita "Bhineka Tunggal Ika", tetap jaga persatuan dan kesatuan dan kesatuan. hilangkan sifat Primordialismu, Fanatisme dan lain-lain demi kita dan juga bangsa kita sendiri.
5. MEMPERHATIKAN HAL YANG SEDERHANA
Hal yang biasa bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. contoh kecil "sampah" apabila seseorang membuang sampah sembarangan apalagi kalau 1 desa/kecamatan/kabupaten semua warganya membuang sampah sembarangan. apa yang terjadi "banjir". siapa yang rugi?
itu hanyalah contoh kecil, sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita anggap sederhana atau biasa,tapi kita tidak lakukan. tugas untuk kita adalah merubah suatu hal yang biasa dan sederhana menjadi hal yang liar biasa dan berharga.
Zainuri
Senin, 14 Januari 2013
Rabu, 28 November 2012
Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia
Suatu bahasa tidak hanya memiliki
arti melainkan juga memiliki fungsi dan peran. Banyak ahli bahasa yang mencoba
memberikan penjelasan tentang fungsi – fungsi dari suatu bahasa. Berikut
beberapa pendapat dari ahli bahasa tentang fungsi – fungsi bahasa :
1.
Aristoteles menyatakan bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan manusia.
2. Karl
Raemind Popper mengemukakan 4 fungsi bahasa ;
a.
Fungsi Ekspresif yaitu; fungsi untuk mengungkapkan atau menyatakan diri.
b.
Fungsi sinyal yaitu; fungsi mereaksi, menjawab, atau memberi tanggapan.
c.
Fungsi deskriptif yaitu; fungsi yang mencakup 2 fungsi diatas, hanya caranya
memberi gambaran atau mendeskripsikan secara rinci apa- apa yang akan
disampaikan.
d. Fungsi argumentative yaitu;
fungsi bahasa dalam memberikan alasan atau argument.
3. Karl
Buhler, seorang sarjana Jerman membedakan 3 fungsi bahasa ;
a. Appel yaitu fungsi memerintah.
b.
Ausdruch yaitu fungsi untuk
mengungkapkan suasana hati.
c.
Darstellung yaitu fungsi yang mengacu
objek tertentu yang berada di luar diri penutur.
4.
Halliday mengemukakan 7 fungsi bahasa ;
a.
Instrumental, bahasa digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebutuhan fisik.
b.
Regulatori, bahasa digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain.
c.
Interaksional, bahasa digunakan untuk berhubungan atau bergaul dengan orang
lain.
d.
Personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan diri.
e.
Heuristik, bahasa digunakan untuk mengungkapkan dunia disekitarnya atau
mengutarakan pengalaman.
f.
Imajinatif, bahasa digunakan untuk mencipta.
g.
Informatof, bahasa digunakan untuk mengomunikasikan informasi baru.
Mari
kita perhatikan secara seksama definisi – definisi tentang fungsi bahasa
diatas. Kata ‘sebagai’, ‘untuk’, ‘digunakan’ mengacu pada pengertian alat. Kata
‘mengungkapkan’, ‘menyatakan’, ‘mengutarakan’ mengacu pada pengertian
berkomunikasi. Jika kita simpulkan definisi-definisi tersebut akan kita peroleh
hakikat dari fungsi bahasa yaitu sebagai
alat komunikasi.
Bahasa
Indonesia yang menjadi bahasa nasional kita juga pastinya memiliki fungsi dan
peranan sebagai sebuah bahasa di Negara kita. Fungsi bahasa Indonesia sangat
erat hubungannya dengan kedudukan bahasa Indonesia sendiri.
1.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
Di
dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang
kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku
bangsa, alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
Sebagai lambang kebanggaan nasional,
bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai social budaya yang mendasari rasa
kebanggaan kita. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga
diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya pegangan hidup. Atas dasar itulah,
bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan.
Sebagai lambang identitas nasional,
bahasa Indonesia dapat menimbulkan wibawa, harga diri dan teladan bagi bangsa
lain. Hal ini dapat terjadi jika bangsa Indonesia selalu berusaha membina dan mengembangkan
bahasa Indonesia secara baik sehingga ttidak tercampuri oleh unsure-unsur
bahasa asing (terutama bahasa inggris). Untuk itu kesadaran akan kaidah
pemakaian bahasa Indonesia harus selalu ditingkatkan.
Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia
mampu menunjukkan fungsinya yaitu mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiriu
atas berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa ibunya. Hal itu tampak jelas
sejak diikrarkannya sumpah pemuda.
Sebagai alat perhubungan, bahasa
Indonesia mampu memperhubungkan bangsa Indonesia yang berlatar belakang social
budaya dan bahasa ibu yang berbeda-beda. Berkat bahasa Indonesia, suku-suku
bangsa yang berbeda-beda bahasa ibu itu dapat berkomunikasisecara akrab dan
lancer sehingga kesalahpaham antar individu dan kelompok tidak pernah terjadi.
Karena bahasa Indonesia pula kita dapat menjelajah keseluruh pelosok tanah air
tanpa hambatan.
2.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
Di
dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia bahasa resmi Negara,
sebagai bahasa pengantar, sebagai alat perhubungan tingkat nasional, sebagai
alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Sebagai bahasa Negara adalah
pemakaiannya sebagai bahasa resmi kenegaraan. Di dalam hubungan dengan fungsi
ini, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan
tinggi di seluruh Indonesia kecuali di daerah-daerah bahasa. Di daerah-daerah
bahasa ini bahasa daerah yang bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar
sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
sebagai alat perhubungan tingkat nasional, bahasa Indonesia
dipakai sebagai alat komunikasi timbale balik antara pemerintah dan masyarakat
luas, alat perhubungan antar daerah dan antar suku, dan juga sebagai alat
perhubungan dalam masyarakat yang latar belakangsosial budaya dan bahasa yang
sama.
sebagai alat pengembang kebudayaan nasional,
ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia adalah satu-satunya
bahasa yang digunakan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang
memiliki cirri-ciri dan identitas sendiri. Di samping itu, bahasa Indonesia
juga dipakai untuk memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik
melalui penulisan buku-buku teks, penerjemahan, dan lain sebagainya.
Teknik Berbicara di Depan Umum
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman ketika berbicara di depan umum, diantaranya adalah perasaan grogi, tidak siap dengan materi yang akan disampaikan, dan lain sebagainya.
Ada
beberapa tokoh yang menjabarkan tentang tips-tips berbicara di depan umum. Menurut Lugwina Hananto
(Perencana Keuangan dan Pembicara Seminar), Lula
Kamal (Dokter, Presenter Acara Medis dan Kesehatan) dan Erwin Parengkuan (Presenter,
MC, Pemilik dan Pengajar ‘Talk Inc’):
1. Perbanyak Latihan Presentasi.
Saat presentasi, kemampuan bicara menjadi perhatian utama. Karena, dalam
presentasi, kesiapan materi hanya memegang 20% faktor kesuksesan, yang 80%
adalah kemampuan public speaking.
Untuk itu berlatihlah sesering mungkin, karena pepatah mengatakan “Alah bisa karena biasa.”2. Latih Suara dan Diafragma. Seorang public speaker tidak harus memiliki suara yang ‘bulat’, empuk dan enak didengar. Radio voice hanyalah aksesori. Memang suara leher (cenderung cempreng) lebih meletihkan. Akan tetapi, pemilik suara leher bisa berlatih berbicara denga suara diafragma. Banyak buku yang bisa Anda jadikan guru. Faktor penting dalam komunikasi lainya salah satunya adalah intonasi suara, bisa dilatih secara alami.
3. Walking The Talk. Sebelum berbicara, kuasai dulu materinya. Cara paling mudah adalah dengan menerapkan bahan pembicaraan pada diri Anda sendiri. Misalnya, bila Anda bicara tentang reksa dana, sebaiknya pernah berinvestasi reksa dana. Sehingga Anda tahu gejolaknya ketika pasar reksa dana naik maupun turun. Jadi, harus walking the talk alias jangan omong doing. Contoh lain bila menganjurkan orang untuk menyisihkan uang gaji sebasar 35%, Anda sendiri harus melakukannya. Dengan begitu, lebih mudah bagi Anda untuk meyakinkan orang lain berdasarkan pengalaman sendiri.
4. Hindari Pembicaraan Yang Bukan Bidang Anda. Misalnya, seorang perencana keuangan diminta berbicara mengenai berkebun emas. Meski menyerempet dengan bidang keuangan, namun apabila Anda tidak menguasainya, lebih baik Anda hindari, sehingga percaya diri Anda di depan audien aka selalu terjaga.
5. Raih Kredibilitas. Tak gampang untuk membangun image tentang siapa diri Anda. Caranya bersikaplah jujur dan terbuka. Katakan, misalnya, kalau Anda sendiri pernah punya kebiasaan buruk dalam mengelola uang (beli barang tak penting, terjerat utang kartu kredit, dll). Dengan keterbukaan diri, Anda akan lebih mudah ‘masuk’ dan dipercaya audiensi. Itu sebabnya, keuangan pribadi perencana keuangan harus benar-benar baik, sehingga kredibel pada saat menyampaikan saran kepada audiensi.
6. Bongkar Batas Formal. Misalnya ambil contoh pembicara bidang keuangan.
Keuangan adalah bidang yang serius, maka lumerkan dengan suasana bicara yang
segar, tidak formal. Contohnya, sindir gaya belanja boros audiensi dengan
canda, tapi mengena.
Dengan audiensi yang setara
kelompok usia dan status sosialnya, kita bisa menggunakan gaya bahasa
sehari-hari. Sedangkan dengan mereka yang lebih tua, guanakn gaya bicara yang
lebih santun.
7. Tempatkan Diri Di Posisi Audiensi.
Kepada orang usia 30-an, setara usia dan strata ekonomi dengan Anda, sampaikan
ide-ide berdasarkan pengalaman pribadi. Sebaliknya, dihadapan audiensi dengan
strata ekonimi lebih rendah, gunakan contoh-contoh sederhana, sesuai keadaan
mereka. Jangan menerapkan gaya interaksi yang memojokkan audiensi. Lebih baik
ceritakan pengalaman negative diri sendiri, sehingga Anda ‘senasib’ dengan
mereka.8. Pelajari Karakter Audiensi. Ekspresi wajah audiensi yang ‘lempeng’ bisa Anda baca dengan mudah. Untuk menghadapinya, lemparkan sesuatu yang bergairah lebih dulu, sebagai teaser, gimmick atau ice breaking. Misalnya, gosip orang terkenal atau tentang midnight sale yang kini sedang hip di antara para wanita kota besar. Dengan mengutip hal itu, kebuntuan suasana akan mencair karena Anda telah menjadi bagian dari mereka.
9. Utamakan Keunungan Audiensi. Pelajari agenda, misi dan tujuan acara sebelum menyiapkan amteri pembicaraan. Jangan hanya bicara dari sudut Pandang Anda, melainkan siapkan materi dari sudut pandang dan kepentingan audiensi. Jangan Cuma menyampaikan materi yang mendasar, melainkan tawarkan kelebihan-kelebihan yang berbeda (added value) sehingga audiensi akan merasa mendapatkan sesuatu yang lebih (multiply effect) dari pembicaraan ini.
10. Jangan Gunakan Jargon. Bahasa Indonesia saja terkadang sudah dianggap terlalu kompleks bagi audiensi muda dan mereka yang tinggal di daerah terpencil. Karena jargon yang belum menasional, justru akan membingungkan audiensi yang belum mengenalnya sehingga materi justru tidak akan sampai dengan tepat ke audiensi.
11. Ingat, Anda Orang Yang Paling Tepat! Sudah menyiapkan semuanya, tetapi saat waktunya tiba, percaya diri justru drop? Erwin, yang sudah hampit 20 tahun berkecimpung di bidang ini, juga mengaku pernah ciut hati saat menjadi MC di depan para CEO perusahaan minyak dari berbagai Negara. Jalan keluar untuk mengatasi suasan nervous (saat aliran oksigen menuju otak terhambat, sehingga otak tak mampu berpikir jernih) adalah dengan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. Erwin melakukannya 4-5 kali. Sesudah itu yakinkan diri bahwa hanya dirinyalah orang paling tepat untuk berada di atas panggung.
12. Cara Berjalan, Cara Duduk dan Berbusana. Tak bisa dilakukan secara instan, alias sulap. Latihlan setiap hari dan jadikan kebiasaan. Cara berjalan atau cara duduk harus dilakukan natural. Maka akan aneh dan palsu kelihatannya jika Anda membedakan cara berjalan atau duduk hanya di depan audiensi. Jika terbiasa jalan membungkuk, ubah pelan-pelan kebiasaan buruk itu dengan berjalan di setiap kesempatan. Saat presentasi berikutnya, cara jalan an buruk itu pasti akan berkurang. Gunakan pakaian yang paling nyaman, yang menjadi representasi diri Anda. Untuk itu, gabungkanlah kelebihand an kekurangan diri dengan selera pribadi.
13. Membuat Review Harian. Di ujung hari, luangkan waktu 15 menit saja untuk mengingat lagi, ada atau tidaknya kata-kata yang menyakitkan saat berbicara dengan atasan, kolega atau bawahan. Bagaimana ekspresi mereka tadi. Belajar dari situ, ketika besok Anda berada dalam situasi yang sama, Anda tahu langkah antisipasinya dan tidak melakukan kesalahan yang sama.
14. Ikuti Kursus.
Siapa saja dan kapan saja merasa tidak nyaman saat berbicara,
sering kehabisan kata-kata atau merasa kurang percaya diri, ada baiknya ikut
kursus public speaking. Patokannya,
kebuthan itu datang dari dalam diri, bukan dorongan dari kebutuhan pekerjaan
semata.
Teknik Berdiskusi
1. Pengertian diskusi
Secara etimologis kata diskusi berasal dari
bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa,
memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion berarti
perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai
istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih
tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang
ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun
tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana disertai dengan aturan
yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan tertentu;
berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan
ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi,
melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar
pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan
pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain
dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik berupa
kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
2.
Macam-Macam
Diskusi
Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi
kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel, lokakarya/workshop, rapat
kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium, sarasehan, fishbowl,
role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat, debat,
dan lain-lain.
2.1 Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ialah pertemuan yang
direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan untuk membahas suatu topik dengan
seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan peserta yang tidak
begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas tidak
demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu
masalah dari disiplin ilmu tertentu.
Bentuk diskusi ini memberikan peluang kepada
setiap anggota untuk mengemukakan pendapat sekaligus memperluas wawasan dan
pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan demokratis, mendorong rasa
kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan membantu pengembangan
sikap kepemimpinan.
Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk peserta yang
jumlahnya relatif . Peserta hanya akan mmendapat informasi yang terbatas, dan
mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang ditugasi mengendalikan
jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus pembicaraan dapat
berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh seseorang. Bentuk tempat
pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai alternatif desain tatap muka lain.
2.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok
Bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah
peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan aktif berbicara.
Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan
mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum
terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari
penyelenggara.
2.3 Diskusi Panel
Diskusi panel adalah kegiatan pertemuan ilmiah
yang sudah direncanakan dengan menghadirkan sejumlah panelis di depan khalayak
atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel merupakan bentuk diskusi
bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli yang
dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah
pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa
menanggapi pendapat panelis lain.
Moderator dan seluruh peserta menyiapkan terlebih
dahulu tentang topik yang dibahas serta peka terhadap bagian-bagian masalah
tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan memperhitungkan aternatif
pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo untuk panelis dan
separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.
Secara singkat gambaran kegiatan diskusi ini adalah:
a.
Pendahuluan => moderator membuka diskusi,
mengemukakan topik dan arah serta tujuan yang ingin dicapai, memperkenalkan
para peserta, serta membacakan tata tertib
b.
Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan
gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan
c.
Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya
diskusi antarpanelis serta tanggapan antarpanelis
d.
Partisipasi pendengar => moderator
mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan pendapat, menanggapai,
bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan
memberikan jawaban.
Rangkuman => moderator merangkum
hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah sebabnya, pada umumnya
lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara teknis dapat
mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini
biasanya disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang
dikemukakan biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep
Bentuk diskusi ini menghasilkan cetusan-cetusan
gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta mendorong analisis untuk
menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi ini memerlukan
orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika moderator tidak
cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih dominan dibandingkan
narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga terklasifikasi dalam
kelompok setuju dan tidak setuku terhadap pendapat narasumber yang ada.
2.4 Rapat kerja
Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon
dari suatu instansi untuk membahas masalah yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program kerja dengan
arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik
untuk dilaksanakan.
Biasanya rapat ini dipimpin oleh kepala instansi
disertai dengan pengarahan yang mengacu ke pencapaian target atau tujuan.
2.5 Seminar
Serminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan
sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar
bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan yang akan dipakai sebagai
landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, biasanya
kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.
Dalam seminar terdapat moderator, notulis,
pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru pembimbing dengan tugas
masing-masing.
a.
Moderator bertugas membuka, memperkenalkan
pemrasaran dan notulis, membacakan tata tertib, mengarahkan dan mengatur arus
pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup diskusi.
b.
Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam
diskusi baik teknis maupun materi pembicaraan
c.
Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan
yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah
d.
Pembanding bertugas menyampaikan makalah
bandingannya yang berisi tanggapan atau pernyataan terhadap apa yang
disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya
e.
Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi
secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan
tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
f.
Guru pemibimbing biasanya ada kalau seminar
diadakan di sekolah. Tugasnya, memberi saran dan arahan kepada pemrasaran serta
meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari tujuan semula.
Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:
1)
Moderator membuka kegiatan dan mengarahkan;
2)
Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3)
Pembanding menyampaikan makalah atau
tanggapannnya;
4)
Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding
atau menjawab pertanyaan;
5)
Partisipan menyampaian gagasannya, misalnya
pertanyaan, tanggapan;
6)
Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban
atau tanggapan;
7)
Guru pembimbing diberi kesempatan untuk
menanggapi;
8)
Moderator menarik kesimpulan dan menutup
diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan perumusan hasil seminar secara
keseluruhan.
2.6 Konferensi
Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua
pihak untuk membahas atau merindingkan masalah yang dihadapi bersama. Secara
longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan anggota-anggota dari dua
cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan kebijakan
mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara
wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.
Kegiatan ini mengacu ke pengambilan tindakan sehingga
menghasilkan suatu keputusan untuk ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan besar
bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan setelah munculnya masalah yang
lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya. Keputusan diambil tentu
merupakan keputusan terbaik.
2.7 Kongres
Kongres merupakan pertemuan formal antara
delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi politik, sosial, atau profesi
untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah bersama.
Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya ratusan, ribuan, bahkan jutaan.
Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh sebuah organisasi. Kongres sering
diistilahkan lain menjadi muktamar untuk suatu partai, biasanya lima tahun
sekali untuk menentukan garis besar kebijakan yang akan dilakukan dalam satu
kurun waktu demi menghadapi kompetitor atau persaingan yang ada.
2. 8 Simposium
Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan
beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik
denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang bertalian di hadapan sebuah
sidang hadirin. Semua prasaran dibahas oleh hadirin dipandu oleh seorang
pemimpin atau moderator. Simposium merupakan bentuk diskusi yang diawali
serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang pakar. Mereka memang diundang
untuk menyampaiakan pandangan-pandangan tentang masalah yang dibicarakan.
Seorang moderator mengatur kelancaran jalannya diskusi. Setelah pembicara
selesai menyampaikan pendapatnya, moderator mempersilakan peserta untuk
memberikan tanggapan atau pertanyaan yang kemudian ditanggapi atau dijawab oleh
pembicara.
Bentuk diskusi ini dapat dipakai pada kelompok
besar atau kecil serta dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang
relatif banyak dalam waktu relatif singkat serta dapat disoroti hasilnya. Pergantian
pembicara menambah variasi pembicaraan yang justrui menjadikan kegiatan ini
menarik. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang agar membawa hasil yang
baik.
Di sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang
spontan dan tak memancing kreativitas. Interaksi kelompok-kelompok yang hadir
kurang berkembang. Perhatian hanya ditekankan pada pokok pembicaraan serta
suasana agak bersifat formal, sementara kepribadian pembicara dapat mengarahkan
isi kegiatan secara kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini
sulit dikendalikan, kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan
narasumber serta disiplin dengan penguran waktunya.
2.9 Kolokium
Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar
diundang hanya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh
peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar hanya menjawab
pertanyaan. Dalam hal ini pembicaraan dikendalikan oleh moderator yang
mengarahkan ke tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, komitmen moderator terhadap
tujuan dan kepandaian mebaca arah dan isi pembicaraan sangat diperlukan.
Bahkan, tak jarang jika secara implicit moderator harus pandai arah pertanyaan
peserta dan jawaban narasumber.
2.10 Sarasehan
Sarasehan merupakan model diskusi yang sifatnya
mendekati santai. Para peserta biasanya akrab dalam nuansa pergaulan yang tak
formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang dibicarakan terbatas, para
peserta bebas menyatakan pendapatnya atau pengalamannya seputar topik tersebut.
2.11 Cawan Ikan/fishbowl
Cawan ikan merupakan bentuk diksusi yang unik
dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan melengkung atau mangkuk dengan
moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk seorang ahli atau
pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator membuka
dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta untuk
menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan selesai,
peserta kembali meninggalkan kursi yang kemudian kosong seperti semula.
2.12 Debat
Bentuk kegiatan berbicara ini sebenarnya sudah di
luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan ini mempertemukan dua pihak
pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau pendapat yang
diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan suatu tangkisan atau tidak.
Anggota kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan pertanyaan kepada peserta
atau pihak pembicara.
Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk
beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep, atau yang lain dengan tujuan untuk
memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat dapat diartikan tukar
pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang diutamakan.
Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi kelompok, bergantung
pada kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk sangat variatif, dan
dapat menggunakan moderator atau tanpa moderator.
Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai
sebab suatu masalah akan terlihat dari dua segi sekaligus. Karena itu, kegiatan
ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap pihak. Tekinik
ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian para
hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya saja,
kadang selisih pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis ilmiah yang
cenderung emosional subjektif. Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif
tentang debat tersebut serta narasumbernya. Konsekuensi lanjutannya, mereka
menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau berpartisipasi.
Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan
tersebut diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan pandai membaca
keadaan pembicaraan.
2.13 Sumbang saran
(Braintstorming)
Sumbang saran merupakan semacam metode memecahkan
masalah yang setiap anggotanya diberi kesempatan untuk mengusulkan dengan cepat
kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi. Metode ini tidak menfhendaki
kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan kemudian.
Metode ini berusaha membangkitkan pendapat baru
dan merangsang anggota untuk turut ambil bagian. Biasanya terjadi mata rantai
pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula dipakai untuk kelompok
besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang hebat serta tak
banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila lepas kontrol
kegiatan ini menjadi tidak efektif.
3.
Unsur pokok diskusi
a.
Dilakukan
oleh dua orang atau lebih (kelompok);
b.
Ada
masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
c.
Ada
tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
d.
Tempatnya
sudah ditentukan;
e.
Waktunya
sudah dibatasi;
f.
Pihak-pihak
yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;
4.
Manfaat
Diskusi bagi peserta
a.
Peserta
dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau
sebab-sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
b.
Peserta
dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan,
pekerjaan, dan bersikap tertentu.
c.
Peserta
dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif
gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
d.
Peserta
dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar
dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara
mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
e.
Peserta
dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
f.
Peserta
dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang
lain.
g.
peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai
angota maupun staf pimpinan
5.
Masalah
dalam Diskusi
Masalah yang didiskusikan merupakan suatu
persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui
sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil
keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan
Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh
sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara
menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan dengan
kenyataan.Kriteria masalah yang layak didiskusikan:
a.
Menarik
perhatian peserta.
b.
Aktual
dan menjadi pembiacaraan umum.
c.
Berguna
bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
d.
Baru,
yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya.
e.
Langka,
jarang ada (kesempatan atau problemanya.
f.
Menyangkut
kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure.
g.
Mengandung
alternatif pendapat-multidimensional.
h.
Membutuhkan
pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan.
6.
Cara
Menemukan Topik Diskusi
a.
Memikirkan
atau mengingat sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan,
dan kita bicarakan.
b.
Membaca
buku, koran, majalah, atau referensi lain.
c.
Memperkaya
referensial tak tertulis, lewat media audio visua.
d.
Menyimak
pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu.
e.
Mengadakan
pengamatan, penelitian, wawancara.
7.
Pemilihan
Tempat Diskusi
a.
Tersusun
bersih, rapi, cukup luas untuk kegiatan diskusi.
b.
T
dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak
bermain.
c.
Mengesankan
suasana yang mengenakkan.
d.
Terdapat
peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu
penerangan.
e.
Cukup
untuk mengatur formasi bentuk diskusi.
Peserta Diskusi
8.
Tipe
Peserta Diskusi
a.
Tipe
tak suka bicara.
b.
Tipe
positif.
c.
Tipe
sok tahu.
d.
Tipe
suka bertengkar.
e.
Tipe
pemalu.
f.
Tipe
ingin menang sendiri.
g.
Tipe
cuek.
h.
Tipe
sangat terpelajar.
i.
Tipe
suka bertanya.
9.
Peserta
Diskusi yang Baik:
a.
Ikut
mengambil bagian dalam berdiskusi.
b.
Mendukung
pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar.
c.
Berbicara
hanya bila diberi kesempatan.
d.
Berbicara
dengan tegas, jelas, dan benar.
e.
Mendengarkan
orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
f.
Berkata
dan bertindak sopan dan bijaksana.
g.
Mencoba
menghargai dan memahami pendapat orang lain.
h.
Bisa
menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
10.
Persiapan
yang harus dilakukan oleh seorang peserta diskusi yang baik:
a.
Memikirkan
apa yang diketahui tentang masalah yang didiskusikan
b.
Bila
banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan
sistematis masalah tersebut;
c.
Mempelajari
masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis.
Bila perlu buat catatan.
d.
Membuat
urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
e.
Berlatih
menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
f.
Secara
mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.
Langganan:
Postingan (Atom)