Senin, 14 Januari 2013

TUGAS UAS

1. BILA AMANAH DI REMEHKAN
    manusia tercipta sebagai makhluk sosial, artinya adalah tidak bisa lepas dari bantuan orang lain.
dalam berhubungan dalam aspek apapun,sangat perlu yang namanya kepercayaan. kita sebagai seorang muslimin marilah mencontoh junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW,salah satu gelar beliau adalah Al-Amiin(yang di percaya). bila kita jujur,menjaga apa yang telah dipercayakan orang lain kepada kita, pastilan akan membawa keberkahan kepada kita sendiri, dan sebaliknya apabila kita mengingkari kepercayaan kepada orang lain pastilah akan membawa keburukan pada kita dan tentu bagi orang lain juga.

2. SIFAT ISTIKOMAH KIAI
    Keistikomahan lebih utama dari pada seribu karomah. dengan beristikomah dalam hal apapun,kita pasti akan pasti mendapatkan apa yang kita cari. NABI Muhammad SAW, dengan sabar dan istiqomah menyebarkan agama islam. meskipun mendapatkan hinaan dan siksaan beliau tetap menyebarkan agama islam. hasilnya sekarang dapat kita lihat sebagian besar manusia yang ada di dunia memeluk agama Islam. dapat kita ambil hikmahnya, apapun yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan istikomah pastilah akan membawa hasil bahkan lebih dari kita bayangkan, seperti dalam cerita dalam artikel Bapak Solikhul hadi, keistikomahan seorang kiai membawa barokah pada murid-muridnya.

3. RIZKI HARUS DICARI
Barang siapa yang ingin bahagia di dunia kuncinya adalah "ILMU", barabg siapa yang ingin bahagia di akhirat kuncinya adalah "ILMU", dan barang siapa yang ingin bahagia keduanya kuncinya adalah "ILMU". dengan kita mempuyai ilmu tanpa kita sadari harta atau pun pangkat pasti akan kita dapatkan. menanggapi ikon apa yang sudah kita punyai, semua butuh proses dan usaha. mungkin sekarang belum tahu, karena kita masih dalm proses mendapatkan ikon tersebut. yang penting kita terus mencoba dan berusaha tidak lupa dan jangan dilupakan adalah "BERDOA"

4. BERATNYA MENJAGA PERSATUAN
    Kita sebagai warga Negara Indonesia kembali pada semboyan kita "Bhineka Tunggal Ika", tetap jaga persatuan dan kesatuan dan kesatuan. hilangkan sifat Primordialismu, Fanatisme dan lain-lain demi kita dan juga bangsa kita sendiri.


5. MEMPERHATIKAN HAL YANG SEDERHANA
     Hal yang biasa bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. contoh kecil "sampah" apabila seseorang membuang sampah sembarangan apalagi kalau 1 desa/kecamatan/kabupaten semua warganya membuang sampah sembarangan. apa yang terjadi "banjir". siapa yang rugi?
itu hanyalah contoh kecil, sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita anggap sederhana atau biasa,tapi kita tidak lakukan. tugas untuk kita adalah merubah suatu hal yang biasa dan sederhana menjadi hal yang liar biasa dan berharga.

Rabu, 28 November 2012

Fungsi dan Peran Bahasa Indonesia



Suatu bahasa tidak hanya memiliki arti melainkan juga memiliki fungsi dan peran. Banyak ahli bahasa yang mencoba memberikan penjelasan tentang fungsi – fungsi dari suatu bahasa. Berikut beberapa pendapat dari ahli bahasa tentang fungsi – fungsi bahasa :
                1. Aristoteles menyatakan bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia.
                2. Karl Raemind Popper mengemukakan 4 fungsi bahasa ;
                                a. Fungsi Ekspresif yaitu; fungsi untuk mengungkapkan atau menyatakan diri.
                                b. Fungsi sinyal yaitu; fungsi mereaksi, menjawab, atau memberi tanggapan.
                                c. Fungsi deskriptif yaitu; fungsi yang mencakup 2 fungsi diatas, hanya caranya memberi gambaran atau mendeskripsikan secara rinci apa- apa yang akan disampaikan.
                                d. Fungsi argumentative yaitu; fungsi bahasa dalam memberikan alasan atau argument.
                3. Karl Buhler, seorang sarjana Jerman membedakan 3 fungsi bahasa ;
                                a. Appel yaitu fungsi memerintah.
                                b. Ausdruch yaitu fungsi untuk mengungkapkan suasana hati.
                                c. Darstellung yaitu fungsi yang mengacu objek tertentu yang berada di luar diri penutur.
                4. Halliday mengemukakan 7 fungsi bahasa ;
                                a. Instrumental, bahasa digunakan sebagai alat untuk memperoleh kebutuhan fisik.
                                b. Regulatori, bahasa digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan orang lain.
                                c. Interaksional, bahasa digunakan untuk berhubungan atau bergaul dengan orang lain.
                                d. Personal, bahasa digunakan untuk mengungkapkan diri.
                                e. Heuristik, bahasa digunakan untuk mengungkapkan dunia disekitarnya atau mengutarakan pengalaman.
                                f. Imajinatif, bahasa digunakan untuk mencipta.
                                g. Informatof, bahasa digunakan untuk mengomunikasikan informasi baru.
                Mari kita perhatikan secara seksama definisi – definisi tentang fungsi bahasa diatas. Kata ‘sebagai’, ‘untuk’, ‘digunakan’ mengacu pada pengertian alat. Kata ‘mengungkapkan’, ‘menyatakan’, ‘mengutarakan’ mengacu pada pengertian berkomunikasi. Jika kita simpulkan definisi-definisi tersebut akan kita peroleh hakikat dari fungsi bahasa yaitu sebagai alat komunikasi.
                Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa nasional kita juga pastinya memiliki fungsi dan peranan sebagai sebuah bahasa di Negara kita. Fungsi bahasa Indonesia sangat erat hubungannya dengan kedudukan bahasa Indonesia sendiri.
                1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
                Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang kebanggaan nasional, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa, alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
                Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai social budaya yang mendasari rasa kebanggaan kita. Melalui bahasa nasional, bangsa Indonesia menyatakan harga diri dan nilai-nilai budaya yang dijadikannya pegangan hidup. Atas dasar itulah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan.
                Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia dapat menimbulkan wibawa, harga diri dan teladan bagi bangsa lain. Hal ini dapat terjadi jika bangsa Indonesia selalu berusaha membina dan mengembangkan bahasa Indonesia secara baik sehingga ttidak tercampuri oleh unsure-unsur bahasa asing (terutama bahasa inggris). Untuk itu kesadaran akan kaidah pemakaian bahasa Indonesia harus selalu ditingkatkan.
                Sebagai alat pemersatu, bahasa Indonesia mampu menunjukkan fungsinya yaitu mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiriu atas berbagai suku, agama, budaya, dan bahasa ibunya. Hal itu tampak jelas sejak diikrarkannya sumpah pemuda.
                Sebagai alat perhubungan, bahasa Indonesia mampu memperhubungkan bangsa Indonesia yang berlatar belakang social budaya dan bahasa ibu yang berbeda-beda. Berkat bahasa Indonesia, suku-suku bangsa yang berbeda-beda bahasa ibu itu dapat berkomunikasisecara akrab dan lancer sehingga kesalahpaham antar individu dan kelompok tidak pernah terjadi. Karena bahasa Indonesia pula kita dapat menjelajah keseluruh pelosok tanah air tanpa hambatan.
                2. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
                Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia bahasa resmi Negara, sebagai bahasa pengantar, sebagai alat perhubungan tingkat nasional, sebagai alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
                Sebagai bahasa Negara adalah pemakaiannya sebagai bahasa resmi kenegaraan. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
                sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia kecuali di daerah-daerah bahasa. Di daerah-daerah bahasa ini bahasa daerah yang bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
                sebagai alat perhubungan tingkat nasional, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat komunikasi timbale balik antara pemerintah dan masyarakat luas, alat perhubungan antar daerah dan antar suku, dan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang latar belakangsosial budaya dan bahasa yang sama.
                sebagai alat pengembang kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi, bahasa Indonesia adalah satu-satunya bahasa yang digunakan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan nasional yang memiliki cirri-ciri dan identitas sendiri. Di samping itu, bahasa Indonesia juga dipakai untuk memperluas ilmu pengetahuan dan teknologi modern baik melalui penulisan buku-buku teks, penerjemahan, dan lain sebagainya.

Teknik Berbicara di Depan Umum


Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman ketika berbicara di depan umum, diantaranya adalah perasaan grogi, tidak siap dengan materi yang akan disampaikan, dan lain sebagainya.
Ada beberapa tokoh yang menjabarkan tentang tips-tips berbicara di depan umum. Menurut Lugwina Hananto (Perencana Keuangan dan Pembicara Seminar), Lula Kamal (Dokter, Presenter Acara Medis dan Kesehatan) dan Erwin Parengkuan (Presenter, MC, Pemilik dan Pengajar ‘Talk Inc’):
1. Perbanyak Latihan Presentasi. Saat presentasi, kemampuan bicara menjadi perhatian utama. Karena, dalam presentasi, kesiapan materi hanya memegang 20% faktor kesuksesan, yang 80% adalah kemampuan public speaking. Untuk itu berlatihlah sesering mungkin, karena pepatah mengatakan “Alah bisa karena biasa.”
2. Latih Suara dan Diafragma. Seorang public speaker tidak harus memiliki suara yang ‘bulat’, empuk dan enak didengar. Radio voice hanyalah aksesori. Memang suara leher (cenderung cempreng) lebih meletihkan. Akan tetapi, pemilik suara leher bisa berlatih berbicara denga suara diafragma. Banyak buku yang bisa Anda jadikan guru. Faktor penting dalam komunikasi lainya salah satunya adalah intonasi suara, bisa dilatih secara alami.
3. Walking The Talk. Sebelum berbicara, kuasai dulu materinya. Cara paling mudah adalah dengan menerapkan bahan pembicaraan pada diri Anda sendiri. Misalnya, bila Anda bicara tentang reksa dana, sebaiknya pernah berinvestasi reksa dana. Sehingga Anda tahu gejolaknya ketika pasar reksa dana naik maupun turun. Jadi, harus walking the talk alias jangan omong doing. Contoh lain bila menganjurkan orang untuk menyisihkan uang gaji sebasar 35%, Anda sendiri harus melakukannya. Dengan begitu, lebih mudah bagi Anda untuk meyakinkan orang lain berdasarkan pengalaman sendiri.
4. Hindari Pembicaraan Yang Bukan Bidang Anda. Misalnya, seorang perencana keuangan diminta berbicara mengenai berkebun emas. Meski menyerempet dengan bidang keuangan, namun apabila Anda tidak menguasainya, lebih baik Anda hindari, sehingga percaya diri Anda di depan audien aka selalu terjaga.
5. Raih Kredibilitas. Tak gampang untuk membangun image tentang siapa diri Anda. Caranya bersikaplah jujur dan terbuka. Katakan, misalnya, kalau Anda sendiri pernah punya kebiasaan buruk dalam mengelola uang (beli barang tak penting, terjerat utang kartu kredit, dll). Dengan keterbukaan diri, Anda akan lebih mudah ‘masuk’ dan dipercaya audiensi. Itu sebabnya, keuangan pribadi perencana keuangan harus benar-benar baik, sehingga kredibel pada saat menyampaikan saran kepada audiensi.
6. Bongkar Batas Formal. Misalnya ambil contoh pembicara bidang keuangan. Keuangan adalah bidang yang serius, maka lumerkan dengan suasana bicara yang segar, tidak formal. Contohnya, sindir gaya belanja boros audiensi dengan canda, tapi mengena.
Dengan audiensi yang setara kelompok usia dan status sosialnya, kita bisa menggunakan gaya bahasa sehari-hari. Sedangkan dengan mereka yang lebih tua, guanakn gaya bicara yang lebih santun.
7. Tempatkan Diri Di Posisi Audiensi. Kepada orang usia 30-an, setara usia dan strata ekonomi dengan Anda, sampaikan ide-ide berdasarkan pengalaman pribadi. Sebaliknya, dihadapan audiensi dengan strata ekonimi lebih rendah, gunakan contoh-contoh sederhana, sesuai keadaan mereka. Jangan menerapkan gaya interaksi yang memojokkan audiensi. Lebih baik ceritakan pengalaman negative diri sendiri, sehingga Anda ‘senasib’ dengan mereka.
8. Pelajari Karakter Audiensi. Ekspresi wajah audiensi yang ‘lempeng’ bisa Anda baca dengan mudah. Untuk menghadapinya, lemparkan sesuatu yang bergairah lebih dulu, sebagai teaser, gimmick atau ice breaking. Misalnya, gosip orang terkenal atau tentang midnight sale yang kini sedang hip di antara para wanita kota besar. Dengan mengutip hal itu, kebuntuan suasana akan mencair karena Anda telah menjadi bagian dari mereka.
9. Utamakan Keunungan Audiensi. Pelajari agenda, misi dan tujuan acara sebelum menyiapkan amteri pembicaraan. Jangan hanya bicara dari sudut Pandang Anda, melainkan siapkan materi dari sudut pandang dan kepentingan audiensi. Jangan Cuma menyampaikan materi yang mendasar, melainkan tawarkan kelebihan-kelebihan yang berbeda (added value) sehingga audiensi akan merasa mendapatkan sesuatu yang lebih (multiply effect) dari pembicaraan ini.
10. Jangan Gunakan Jargon. Bahasa Indonesia saja terkadang sudah dianggap terlalu kompleks bagi audiensi muda dan mereka yang tinggal di daerah terpencil. Karena jargon yang belum menasional, justru akan membingungkan audiensi yang belum mengenalnya sehingga materi justru tidak akan sampai dengan tepat ke audiensi.
11. Ingat, Anda Orang Yang Paling Tepat! Sudah menyiapkan semuanya, tetapi saat waktunya tiba, percaya diri justru drop? Erwin, yang sudah hampit 20 tahun berkecimpung di bidang ini, juga mengaku pernah ciut hati saat menjadi MC di depan para CEO perusahaan minyak dari berbagai Negara. Jalan keluar untuk mengatasi suasan nervous (saat aliran oksigen menuju otak terhambat, sehingga otak tak mampu berpikir jernih) adalah dengan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan. Erwin melakukannya 4-5 kali. Sesudah itu yakinkan diri bahwa hanya dirinyalah orang paling tepat untuk berada di atas panggung.
12. Cara Berjalan, Cara Duduk dan Berbusana. Tak bisa dilakukan secara instan, alias sulap. Latihlan setiap hari dan jadikan kebiasaan. Cara berjalan atau cara duduk harus dilakukan natural. Maka akan aneh dan palsu kelihatannya jika Anda membedakan cara berjalan atau duduk hanya di depan audiensi. Jika terbiasa jalan membungkuk, ubah pelan-pelan kebiasaan buruk itu dengan berjalan di setiap kesempatan. Saat presentasi berikutnya, cara jalan an buruk itu pasti akan berkurang. Gunakan pakaian yang paling nyaman, yang menjadi representasi diri Anda. Untuk itu, gabungkanlah kelebihand an kekurangan diri dengan selera pribadi.
13. Membuat Review Harian. Di ujung hari, luangkan waktu 15 menit saja untuk mengingat lagi, ada atau tidaknya kata-kata yang menyakitkan saat berbicara dengan atasan, kolega atau bawahan. Bagaimana ekspresi mereka tadi. Belajar dari situ, ketika besok Anda berada dalam situasi yang sama, Anda tahu langkah antisipasinya dan tidak melakukan kesalahan yang sama.
14. Ikuti Kursus. Siapa saja dan kapan saja merasa tidak nyaman saat berbicara, sering kehabisan kata-kata atau merasa kurang percaya diri, ada baiknya ikut kursus public speaking. Patokannya, kebuthan itu datang dari dalam diri, bukan dorongan dari kebutuhan pekerjaan semata.

Teknik Berdiskusi


1.       Pengertian diskusi
Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi, melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
2.       Macam-Macam Diskusi
Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium, sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat, debat, dan lain-lain.
2.1 Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ialah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan untuk membahas suatu topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan peserta yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu masalah dari disiplin ilmu tertentu.
Bentuk diskusi ini memberikan peluang kepada setiap anggota untuk mengemukakan pendapat sekaligus memperluas wawasan dan pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan demokratis, mendorong rasa kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan membantu pengembangan sikap kepemimpinan.
Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk peserta yang jumlahnya relatif . Peserta hanya akan mmendapat informasi yang terbatas, dan mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang ditugasi mengendalikan jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus pembicaraan dapat berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh seseorang. Bentuk tempat pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai alternatif desain tatap muka lain.
2.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok
Bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini dilakukan dengan tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan aktif berbicara. Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari penyelenggara.
2.3 Diskusi Panel
Diskusi panel adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan sejumlah panelis di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa menanggapi pendapat panelis lain.
Moderator dan seluruh peserta menyiapkan terlebih dahulu tentang topik yang dibahas serta peka terhadap bagian-bagian masalah tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan memperhitungkan aternatif pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo untuk panelis dan separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.
Secara singkat gambaran kegiatan diskusi ini adalah:
a.       Pendahuluan => moderator membuka diskusi, mengemukakan topik dan arah serta tujuan yang ingin dicapai, memperkenalkan para peserta, serta membacakan tata tertib
b.      Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan
c.       Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi antarpanelis serta tanggapan antarpanelis
d.      Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan pendapat, menanggapai, bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan memberikan jawaban.
Rangkuman => moderator merangkum hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah sebabnya, pada umumnya lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara teknis dapat mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini biasanya disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang dikemukakan biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep
Bentuk diskusi ini menghasilkan cetusan-cetusan gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta mendorong analisis untuk menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi ini memerlukan orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika moderator tidak cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih dominan dibandingkan narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga terklasifikasi dalam kelompok setuju dan tidak setuku terhadap pendapat narasumber yang ada.
2.4 Rapat kerja
Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik untuk dilaksanakan.
Biasanya rapat ini dipimpin oleh kepala instansi disertai dengan pengarahan yang mengacu ke pencapaian target atau tujuan.
2.5 Seminar
Serminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.
Dalam seminar terdapat moderator, notulis, pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru pembimbing dengan tugas masing-masing.
a.       Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup diskusi.
b.      Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi pembicaraan
c.       Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah
d.      Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi tanggapan atau pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya
e.      Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
f.        Guru pemibimbing biasanya ada kalau seminar diadakan di sekolah. Tugasnya, memberi saran dan arahan kepada pemrasaran serta meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari tujuan semula.
Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:
1)      Moderator membuka kegiatan dan mengarahkan;
2)      Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3)      Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4)      Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau menjawab pertanyaan;
5)      Partisipan menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan, tanggapan;
6)      Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau tanggapan;
7)      Guru pembimbing diberi kesempatan untuk menanggapi;
8)      Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan perumusan hasil seminar secara keseluruhan.
2.6 Konferensi
Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan masalah yang dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.
Kegiatan ini mengacu ke pengambilan tindakan sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan besar bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan setelah munculnya masalah yang lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya. Keputusan diambil tentu merupakan keputusan terbaik.
2.7 Kongres
Kongres merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah bersama. Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya ratusan, ribuan, bahkan jutaan. Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh sebuah organisasi. Kongres sering diistilahkan lain menjadi muktamar untuk suatu partai, biasanya lima tahun sekali untuk menentukan garis besar kebijakan yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu demi menghadapi kompetitor atau persaingan yang ada.
2. 8 Simposium
Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang bertalian di hadapan sebuah sidang hadirin. Semua prasaran dibahas oleh hadirin dipandu oleh seorang pemimpin atau moderator. Simposium merupakan bentuk diskusi yang diawali serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang pakar. Mereka memang diundang untuk menyampaiakan pandangan-pandangan tentang masalah yang dibicarakan. Seorang moderator mengatur kelancaran jalannya diskusi. Setelah pembicara selesai menyampaikan pendapatnya, moderator mempersilakan peserta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan yang kemudian ditanggapi atau dijawab oleh pembicara.
Bentuk diskusi ini dapat dipakai pada kelompok besar atau kecil serta dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang relatif banyak dalam waktu relatif singkat serta dapat disoroti hasilnya. Pergantian pembicara menambah variasi pembicaraan yang justrui menjadikan kegiatan ini menarik. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang agar membawa hasil yang baik.
Di sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang spontan dan tak memancing kreativitas. Interaksi kelompok-kelompok yang hadir kurang berkembang. Perhatian hanya ditekankan pada pokok pembicaraan serta suasana agak bersifat formal, sementara kepribadian pembicara dapat mengarahkan isi kegiatan secara kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini sulit dikendalikan, kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan narasumber serta disiplin dengan penguran waktunya.
2.9 Kolokium
Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar hanya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini pembicaraan dikendalikan oleh moderator yang mengarahkan ke tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, komitmen moderator terhadap tujuan dan kepandaian mebaca arah dan isi pembicaraan sangat diperlukan. Bahkan, tak jarang jika secara implicit moderator harus pandai arah pertanyaan peserta dan jawaban narasumber.
2.10 Sarasehan
Sarasehan merupakan model diskusi yang sifatnya mendekati santai. Para peserta biasanya akrab dalam nuansa pergaulan yang tak formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang dibicarakan terbatas, para peserta bebas menyatakan pendapatnya atau pengalamannya seputar topik tersebut.
2.11 Cawan Ikan/fishbowl
Cawan ikan merupakan bentuk diksusi yang unik dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan melengkung atau mangkuk dengan moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk seorang ahli atau pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator membuka dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta untuk menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan selesai, peserta kembali meninggalkan kursi yang kemudian kosong seperti semula.
2.12 Debat
Bentuk kegiatan berbicara ini sebenarnya sudah di luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan ini mempertemukan dua pihak pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau pendapat yang diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan suatu tangkisan atau tidak. Anggota kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan pertanyaan kepada peserta atau pihak pembicara.
Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep, atau yang lain dengan tujuan untuk memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat dapat diartikan tukar pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang diutamakan. Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi kelompok, bergantung pada kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk sangat variatif, dan dapat menggunakan moderator atau tanpa moderator.
Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai sebab suatu masalah akan terlihat dari dua segi sekaligus. Karena itu, kegiatan ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap pihak. Tekinik ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian para hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya saja, kadang selisih pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis ilmiah yang cenderung emosional subjektif. Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif tentang debat tersebut serta narasumbernya. Konsekuensi lanjutannya, mereka menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau berpartisipasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan tersebut diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan pandai membaca keadaan pembicaraan.
2.13 Sumbang saran (Braintstorming)
Sumbang saran merupakan semacam metode memecahkan masalah yang setiap anggotanya diberi kesempatan untuk mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi. Metode ini tidak menfhendaki kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan kemudian.
Metode ini berusaha membangkitkan pendapat baru dan merangsang anggota untuk turut ambil bagian. Biasanya terjadi mata rantai pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula dipakai untuk kelompok besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang hebat serta tak banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila lepas kontrol kegiatan ini menjadi tidak efektif.
3.       Unsur pokok diskusi
a.       Dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok);
b.      Ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
c.       Ada tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
d.      Tempatnya sudah ditentukan;
e.      Waktunya sudah dibatasi;
f.        Pihak-pihak yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;

4.       Manfaat Diskusi bagi peserta
a.       Peserta dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
b.      Peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan bersikap tertentu.
c.       Peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
d.      Peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau kesimpulan, dan lain-lain.
e.      Peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
f.        Peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
g.       peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan
5.       Masalah dalam Diskusi
Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan dengan kenyataan.
Kriteria masalah yang layak didiskusikan:
a.       Menarik perhatian peserta.
b.      Aktual dan menjadi pembiacaraan umum.
c.       Berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
d.      Baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya.
e.      Langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya.
f.        Menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure.
g.       Mengandung alternatif pendapat-multidimensional.
h.      Membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan.
6.       Cara Menemukan Topik Diskusi
a.       Memikirkan atau mengingat sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan, dan kita bicarakan.
b.      Membaca buku, koran, majalah, atau referensi lain.
c.       Memperkaya referensial tak tertulis, lewat media audio visua.
d.      Menyimak pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu.
e.      Mengadakan pengamatan, penelitian, wawancara.
7.       Pemilihan Tempat Diskusi
a.       Tersusun bersih, rapi, cukup luas untuk kegiatan diskusi.
b.      T dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak bermain.
c.       Mengesankan suasana yang mengenakkan.
d.      Terdapat peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu penerangan.
e.      Cukup untuk mengatur formasi bentuk diskusi.
Peserta Diskusi
8.       Tipe Peserta Diskusi
a.       Tipe tak suka bicara.
b.      Tipe positif.
c.       Tipe sok tahu.
d.      Tipe suka bertengkar.
e.      Tipe pemalu.
f.        Tipe ingin menang sendiri.
g.       Tipe cuek.
h.      Tipe sangat terpelajar.
i.         Tipe suka bertanya.
9.       Peserta Diskusi yang Baik:
a.       Ikut mengambil bagian dalam berdiskusi.
b.      Mendukung pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar.
c.       Berbicara hanya bila diberi kesempatan.
d.      Berbicara dengan tegas, jelas, dan benar.
e.      Mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
f.        Berkata dan bertindak sopan dan bijaksana.
g.       Mencoba menghargai dan memahami pendapat orang lain.
h.      Bisa menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
10.   Persiapan yang harus dilakukan oleh seorang peserta diskusi yang baik:
a.       Memikirkan apa yang diketahui tentang masalah yang didiskusikan
b.      Bila banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan sistematis masalah tersebut;
c.       Mempelajari masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis. Bila perlu buat catatan.
d.      Membuat urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
e.      Berlatih menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
f.        Secara mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.